Menerapkan Gaya Hidup Bebas Sampah Makanan Sebagai Ikhtiar Sayangi Bumi
Berapa banyak sampah makanan yang kita hasilkan setiap harinya? Di rumah kami kadang kala satu mangkok sampah makanan seperti di foto ini sudah teronggok di sudut dapur. Dan hal yang tidak jauh berbeda pastinya juga ditemukan di dapur rumah tangga lainnya. Kira-kira ke mana sampah makanan dari rumah-rumah kita akan berakhir?
Sampah Makanan (Food Waste) |
Sadar atau tidak setiap kita adalah produsen sampah. Sebab itu, setiap kita seharusnya bertangung jawab penuh dengan sampah yang kita hasilkan. Bagaimana agar setiap sampah yang kita hasilkan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan.
Ada Apa dengan Sampah Makanan?
Sebelumnya yuk kita sepakati apa yang dimaksud dengan sampah
makanan. Menurut Food Agriculture
Organization (2011) sampah makanan (food
waste) merupakan makanan yang seharusnya bisa dikonsumsi oleh manusia namun
karena alasan tertentu tidak terkonsumsi dan dibuang.
Sampah makanan, memang mudah terurai, namun jika menumpuk
tetap saja bisa mencemari lingkungan. Sebagaimana dilansir dari laman kompas.tv
(22/02/2021) tumpukan food waste
berpotensi mencemari lingkungan. Salah satu dampak global yang ditimbulkannya
adalah terjadinya peningkatan pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca yang
timbul dari proses pembusukan sampah makanan.
Baca Juga: Bertahan dalam Kepungan Kabut Asap
Jadi, sampah makanan yang membusuk di tumpukan sampah akan
menghasilkan gas metana yang mengeluarkan aroma busuk. Tidak hanya mengeluarkan
aroma busuk, gas metana ini juga merupakan gas rumah kaca yang 21 kali lipat
berpotensi meningkatkan pemanasan global. Nah, tak kalah bahayanya dibanding
sampah anorganik bukan?
Sejenak kita intip angka-angka untuk membuka mata kita
tentang betapa pentingnya untuk aware
dengan sampah makanan ini. Pertama,
laman situs kompas.com melansir bahwa PBB memperkirakan 17 persen dari produksi
makanan terbuang sia-sia atau dengan kata lain menjadi sampah. Hal ini berarti,
ada sekitar 1,03 milyar ton makanan setiap tahun menjadi sampah. Dan masih
menurut data PBB, 61 persen dari sampah makanan itu berasal dari rumah tangga.
Baca Juga: Ular Masuk Rumah Pertanda Apa Ya?
Kedua, menurut catatan dari Economic Intellegence Unit (EIU) tahun 2017, Indonesia menduduki
peringkat kedua sebagai Negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia
dengan total produksi sampah makanan sebanyak 300 kg/tahun per kapita (www.kontan.co.id).
Ketiga, Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa sampah makanan
mendominasi komposisi semua jenis sampah yang dihasilkan khususnya di beberapa regional seperti pulau
Jawa yaitu sebanyak 46,75 persen. (www.cimsa.ui.ac.id).
Angka-angka di atas bukan angka yang kecil kan? So, sudah
saatnya kita peduli dengan dampak lingkungan akibat penimbunan sampah makanan.
Tidak perlu berpikir jauh. cukup kita mulai dari hal terkecil dan terdekat yang
kita bisa. Yakni lingkungan kita, rumah kita, atau bahkan diri kita sendiri
saja dulu. Sebab, gunungan sampah pun awalnya bermula dari serpihan kecil yang
dihasilkan oleh orang per orang.
Memulai Gaya Hidup Bebas Sampah Makanan
Kontribusi yang mungkin kita lakukan saat ini untuk ikut
mengurangi timbunan sampah makanan di lingkungan adalah dengan mulai menerapkan
gaya hidup bebas sampah makanan dari rumah kita. Inilah cara terbaik yang harus
dilakukan saat ini.
Infografis Gaya Hidup Bebas Sampah
Menerapkan gaya hidup bebas sampah makanan memang sudah
menjadi impian dan tekad saya dan suami dari awal menetap di rumah kontrakan
ini. “Jangan pernah ada yang terbuang sia-sia,” itu selalu yang saling kami
ingatkan satu sama lain.
Bagaimana gaya hidup bebas sampah makanan yang kami terapkan?
Sederhana saja, tidak ada yang rumit. Kami hanya menerapkan hal-hal yang biasa
dan mungkin dilakukan. Berikut adalah gaya hidup bebas sampah makanan yang kami
lakukan sehari-hari.
Pertama: belanja makanan dan bahan makanan seperlunya
Kami membiasakan diri untuk belanja seperlunya, terlebih
untuk urusan dapur. Membuat catatan kecil sebelum ke pasar menjadi rutinitas
wajib.
“Bikin catatan belanja dulu,” pesan suami setiap kali mau ke
pasar. Dia paham betul saya sering lapar mata kalau sudah ke pasar.
Catatan belanja kami buat sedetil mungkin. Tidak hanya memuat
jenis belanjaan, tapi juga volume yang harus dibeli. Volume setiap jenis
belanjaan dibuat sesuai dengan kebutuhan saja, tidak perlu berlebihan. Agar tidak ada bahan makanan yang terbuang
menjadi sampah.
Kedua: habiskan makanan hingga butir terakhir
Dibesarkan di keluarga sederhana membuat kami terbiasa
menghabiskan makanan tanpa sisa. “Elok
batamboh dari pado takenyah,” begitu pesan orang tua selalu. Maksudnya,
lebih baik mengambil makanan sedikit, jika belum kenyang tambah lagi. Dari pada
ambil makanan banyak-banyak dalam piring kemudian bersisa.
Kebiasaan itu juga yang kami terapkan di rumah. Mengambil dan
mengolah makanan secukupnya, untuk kemudian dikonsumsi sampai butir terakhir.
Bahkan sampai ke kuah dan bumbu-bumbunya. Percayalah, nikmat sekali makan olahan
sendiri dalam porsi secukupnya. Semakin puas dan bahagia menyaksikan olahan
tangan kita habis tak bersisa setiap kali masak. Perut kenyang tanpa mubazir
dan berlebihan.
Demikian juga ketika membeli makanan atau camilan yang
diinginkan. Tak pernah malu beli satu porsi untuk dimakan berdua. Sebab, kami
pernah kapok beli soto dua porsi makan di tempat, akhirnya kewalahan
menghabiskan.
Ketiga: berbagi Makanan
Belanja dan masak seperlunya bukan berarti lupa arti berbagi.
Terkadang kami juga mengolah makanan dalam porsi berlebih. Setiap kali dirasa
makanan yang diolah berlebih, kami usahakan menyisihkan sebagian untuk tetangga
atau saudara.
Alhamdulillah, di sini kami dikelilingi oleh tetangga yang
baiknya masha Allah. Mereka begitu peduli dengan kami. Dalam satu pekan ada
saja yang mengetuk pintu mengantarkan lauk, buah, kue dan lainnya. Bahkan tanpa
kami minta beberapa tetangga sudah mempersilahkan kami untuk memetik buah dan
sayur yang ada di halaman mereka kapan kami butuh. Masha Allah nikmat mana lagi
yang pantas kami dustakan.
Baca Juga: Misteri Rezeki yang Wajib Kita Tau
Kebaikan tetangga-tetangga baru ini juga yang mengingatkan
kami agar jangan pernah pelit berbagi. Karenanya, ketika kami merasa stok
makanan kami kebanyakan, lebih dari yang dibutuhkan, kami segera mengirimkannya
ke tetangga. Namun, kami sedapat mungkin menghindari untuk membagi makanan
sisa.
“Berikan yang terbaik,” itu selalu pesan suami.
Jadi, sebelum dikonsumsi, makanan tersebut dsisihkan dulu
untuk dibagi. Misalnya saya masak bubur kebanyakan. Maka sebelum mengambil
porsi untuk dimakan, saya sisihkan sebagian untuk dibagi ke tetangga hingga
tersisa porsi yang cukup untuk kami konsumsi berdua.
Keempat: menyiapkan tong kompos
Meski sudah berusaha untuk tidak menghasilkan makanan sisa,
tetap saja ada sampah makanan yang dihasilkan. Sampah makanan itu berasal ada
yang berasal dari sisa makanan, sisa bahan makanan yang tidak bisa dikonsumsi,
bahan makanan yang busuk dan lainnya.
Kami tetap berkomitmen, tidak boleh ada sampah makanan yang
terbuang. Nah, solusinya untuk sampah makanan ini adalah dengan menyediakan
tong kompos di sudut dapur.Tong Kompos di Sudut Rumah
Dari awal pindah ke kontrakan ini kami sudah menyediakan tong
kompos. Tujuannya adalah untuk mengolah sampah-sampah makanan dan sampah
organik lainnya yang ada di sekitar kami menjadi Pupuk Organik Cair (POC) dan
kompos padat. Selanjutnya, POC dan kompos padat dimanfaatkan untuk menyuburkan
media tanam sayuran di halaman rumah.
Prinsipnya, semua yang
berasal dari bumi harus dikembalikan ke bumi. Tidak boleh ada yang
terbuang sia-sia.
Kelima: Berkebun di pekarangan
Kriteria pertama yang kami tetapkan ketika mencari kontrakan
adalah harus ada halaman yang bisa kami tanami. Tidak perlu luas, yang penting
ada lahan di sekitar rumah kontrakan tersebut. Alhamdulillah, ditakdirkan
mendiami kontrakan dengan halaman samping yang lebih dari cukup untuk ditanami
kebutuhan sayuran sehari-hari.Berkebun di Pekarangan
Baca Juga: Mengenal Tanaman dan Khasiat Binahong
Mengapa harus menanam di pekarangan? Menurut hemat saya dengan
menanam sendiri kebutuhan dapur kita bisa berswasembada pangan, minimal
sayuran. Jadi, tumpukan stok bahan pangan seperti sayuran untuk diolah setiap
minggunya bisa dikurangi. Kebutuhan sayuran dan bumbu kita tinggal panen di
halaman, tidak perlu stok lagi. Tumpukan stok bahan pangan seperti sayur, bahan
bumbu dan sebagainya tersebut sangat
berpotensi menjadi sampah ketika berlebih.
Inilah lima gaya hidup bebas sampah makanan yang sedang kami
ikhtiarkan. Langkah sederhana sayangi
bumi yang juga mendukung program pengiritan pengeluaran bulanan hehehe... Ngirit sambil menerapkan prinsip hidup
minim sampah mengapa tidak kan? So, bagaimana gaya hidup bebas sampah versi
sahabat? Yuk sharing di komen!
Note: Tulisan ini diiktsertakan dalam Lomba Blog "Gaya Hidup Minim Sampah Makanan" yang diadakan oleh Bandung Food Smart City.
Referensi:
Ada
1,03 Miliyar Ton Makanan Terbuang Sia-sia Setiap Tahun Halaman all - Kompas.com
Bisnis
sebagai jawaban masalah darurat sampah makanan di Indonesia (kontan.co.id)
Food
Waste dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan – CIMSA UI
Masih
Suka Buang-Buang Makanan? Stop Sekarang, Ini Bahayanya (kompas.tv)
SIPSN - Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (menlhk.go.id)
30 Comments
AKu nih lagi ngumpulin informasi juga tentang penanganan sampah makanan di rumah, karena berasa banget sedihnya jadi kayak buang makanan belakangan. Ternyata kita pun bisa mengolahnya sendiri di rumah ya mbak.
ReplyDeleteSetuju. Habiskan makanan hingga butiran terakhir itu wajib deh. Mensyukuri nikmat dengan cara tidak membuang sisa makanan. Bisa juga berbagi makanan kan berpahala juga ya. Pengelolaan sampah rumah tangga ternyata kompleks juga menurutku. Sebab kita yang sudah apik memisahkan sampah organik dan non organik, eeeh si babang tukang sampah menyampurkannya kembali hahahah. Kurang koordinasi dan pengetahuan tentang sampah nih.
ReplyDeleteDi rumah juga anak-anak udah dibiasakan mengambil makanan secukupnya aja, gak perlu berlebihan. Mending nambah aja, dari pada ngambil kebanyakan dan tersisa.
ReplyDeletePengen juga nih, nyoba nanam lagi di taman depan rumah. Dulu pernah nanam cabe dan bawang daun, tapi sekarang udah pada mati huhuhu
Pengin mbaa olah sampah giniii.. oia aku baru aja pakai menscup, baru berani setelah sekian lama nih. Supaya nggak nyumbang sampah pembalut lagi..
ReplyDeleteMakasih sharingnya mbaa.. ku pun dulu diajarin makan sampai bersih 😁
saya juga yang termasuk sangat ketat soal makanan, sedih banget kalo liat makanan bersisa. kalo makan di luar, masih ada sisa, saya suruh anak bayar sendiri.
ReplyDeleteBanyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengelola sampah di rumah. Soalnya saat menyisakan makanan sedikt aja, kalau tiap hari bisa numpuk juga.
ReplyDeleteSampah makanan jadi bikin pengem nangis liatnya. Sebaiknya sih dipikirkan lg porsi penyajian. Jd gak kebuang kan.
ReplyDeletesampah makanan ini yang masih banget jadi pe er, meski berusaha semaksimal mungkin agar gak banyak buang-buang sampah makanan
ReplyDeleteRumahnya nyaman pisan mbak, bagus banget langkahnya untuk mengurangi sampah terutama sampah makanan ya.. Aku juga berusaha tidak membuang makanan, mubazir ya..
ReplyDeleteAku udah coba yang pake ember kok aku ga tahan sama baunya yaaa.. ini sedang menggali lubang di samping rumah - eeeh ga tahan semut rangrang dan tikus!
ReplyDeleteAda solusi lainkah?
Komposting anaerob memang menimbulkan bau mbak. untuk menghilangkan baunya bisa ditaburi dengan ampas kopi.
DeleteSolusi lain gunakan komposter aerob, ember yang digunakan sebagai komposter dilobangi agar udara (oksigen) bisa masuk. Sehingga bakteri yg bekerja bakteri aerob, sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap lagi.
Aku juga sedang berusaha meminimalisir sampah makanan di rumah.. Kebetulan punya ternak ayam, jadi sisa makanan tuh ayam yang habisi hehe
ReplyDeleteKalo buat kulit2 buah sayur dan sampah biasanya kita juga buat pupuk jadi ga ada yang terbuang
Wah, inspiratif Mbak tips gaya hidup bebas sampahnya. Bisa aku adopsi nih, sayang di lingkunganku ga ada saling antar makanan...hahaha. Kaget pertama pindah dulu, ternyata memang gitu, ya udah paling berbagi ke penjual yang lewat, petugas sampah dan lainnya
ReplyDeleteSedih mengetahui kenyataan ini : Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia.
ReplyDeleteSemoga kesadaran masyarakat untuk meminimalkan sampah makanan makin meningkat ya, biar predikat Indonesia sebagai penghasil sampah makanan bisa menurun
Sepakat banget Mak Neti!
ReplyDeleteMemang kita kudu berupaya optimal utk jalankan gaya hidup sehat
dan meminimalisir produksi sampah ya.
aku sekarang juga sudah menerapkan gaya hidup minim sampah mbak, termasuk sampah makanan
ReplyDeleteterus mengolah sampah makanan dgn menggunakan keranjang takakura dan felita
Iya ya mbak, ku jg bersyukur ada tukang sampah tu yg mempertaruhkan hidupnya utk sampah2 kotor heuheu
ReplyDeleteIya nih limbah rumah tangga khususnya sampah sebaiknya ditekan jd sesedikit mungkin ya, khususnya sampah makanan. Caranya dengan belanja kebutuhan secukupnya, serta masak dan makan sesuai kebutuhan jd gak banyak yang terbuang.
Ya Allah aku udah ngincar pengen ikutan lomba ini tapi tetap nggak terkejar waktunya soalnya masih sibuk mengurus baby. Padahal ini temanya suka banget.
ReplyDeletepandemi bikin banyak banget sampah makanan ya kalau dipikir2 sedih juga rasanya makin banyak sampah makanan ini huhuhu
ReplyDeleteemang masalah ini banget yang tadinya tak terpkir sekarang jadi kepikiran
Bijak bersampah ini menjadi kegiatan yang harus dijadikan kebiasaan dalam keluarga yaa, kak..
ReplyDeleteSejujurnya, aku masih sangat jauh sekali dari mengelola sampah yang baik.
hiiks~
Semoga perlahan keluarga kami bisa ikut bijak dalam menangani sampah sehari-hari.
Miris ya skrg banyak bencana banjir tp yang disalahin buminya. Harusnya kt intropeksi diri. Salah satu ikhtiar menjaga bumi adlh mengelolah sampah dengan tepat
ReplyDeleteSaya tuh suka kagum sama temen-temen yang sudah mampu dan mau mengelola sampah dan komposting. Semoga abis ini saya juga bisa ikutan.
ReplyDeleteBagiku, membuat Pupuk Organik Cair (POC) dan kompos menjadi pe-er besar. Pingin bikin beginian tapi belum ada izin dari keluarga. Padahal manfaatnya banyak, ya ��
ReplyDeleteSelama ini keluarga saya juga udah berusaha menerapkan gaya hidup minimal sampah ini tapi susah banget kalau pas lagi momen2 kumpul sama temen di rumah atau sama keluarga karena sampah plastik pasti jadi numpuk lagi. Tapi semoga suatu saat bisa ikut mengajarkan ke mereka juga dan pelan2 semua ikut menerapkan lifestyle minimal sampah yang sama.
ReplyDeleteSetuju dengan pesan orang tua kakak. Ambil secukupnya dulu, kalo kurang bisa nambah. Daripada ambil banyak tapi tidak habis dan jadi mubadzir
ReplyDeleteWah, luar biasa sekali pengalamannya bisa bebas sampah makanan, ya. Aku sendiri masih kesulitan.Mau coba bikin bank samaph buat bikin kompos, nggak tahan baunya pas mau ngolahnya, akhirnya paling-paling itu sampah makanan kutaruh di belakang rumah, tiap malem ada yg ngabisin, entah tikus atau kucing liar.
ReplyDeleteWah aku masih banyak Pr nih mba untuk urusan sampah rumah tangga terutama sampah makanan ini mba. Jadi malu baca artikel ini hehehe..
ReplyDeleteIbuku dulu mengajarkan juga habiskan makanan ga boleh ada sisa. Selalu diimbuhi pesan, inget kere (orang miskin). Kebiasaan sampai sekarang dan diterapkan juga di keluarga sendiri.
ReplyDeleteSudah mulai sih, mencoba membuat kompos sendiri. Anakku yang rajin memilah-milah.
Terima kasih artikelnya keren...
Wah, Mbak Neti rajin sekali, mengumpulkan sampah makanan untuk dibuat kompos. Saya masih belum terbiasa dengan aromanya, Mbak, jadi makanan sisa lebih sering diberikan untuk ikan di kolam hehehe
ReplyDeleteInspiratif sekali gaya hidup bebas sampah makanannya, Mbak
ReplyDeleteSaya sedang mencoba konsisten bikin Pupuk Organik Cair (POC) dan kompos padat untuk dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman di halaman:)
Tinggalkan Komen Ya!