Ramadhan Dalam Balutan Pandemi Tetaplah Berwarna
Sumber: pixabay.com |
Ada banyak tradisi dan syiar-syiar beragama yang akhirnya harus ditiadakan tahun ini. Seperti momen bukber yang ditunggu-tunggu, tahun ini ditiadakan dulu. Momen ngabuburit favorit anak muda di titik-titik istimewa harus dipindahkan di rumah saja untuk sementara ini. Momen taraweh dan tadarusan berjamaah di masjid pun harus kembali ke rumah masing-masing. Yang menanti-nanti momen sahur on the road juga harus kembali menikmati sahur sederhana bersama keluarga yang jauh lebih berharga tentunya.
Baca Juga: Puasa Syawal atau Puasa Qadha Dulu?Duh terasa sangat berbeda yaa...? Rasanya banyaaak banget yang hilang dengan Ramadhan ini. Kita sudah terlalu terbiasa dengan tradisi-tradisi dan syiar-syiar tahunan yang dilakukan berulang-ulang dan dinanti-nanti. Dan, ketika semua itu dipaksa berhenti oleh pandemi, duh kehilangan banget! Warna Ramadhan seketika berubah dalam pandangan kita.
Namun bagaimana pun kondisinya, Ramadhan dalam balutan pandemi Covid-19 tetaplah berwarna.
Hari Pertama Ramadhan Masih #DiRumahSaja
Saya sendiri hari pertama Ramadhan masih #DiRumahSaja. Dari pertengahan bulan Maret, ketika darurat corona bermula kami sebagai SDM PKH diintruksikan untuk meniadakan segala bentuk kegiatan di lapangan, khususnya yang mengharuskan pengumpulan masyarakat seperti kegiatan rutin Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dan kegiatan verifikasi komitmen para peserta PKH.
Sumber: IG Kemsos
Sesuai instruksi Kementrian Sosial RI, SDM PKH seluruh Indonesia melaksanakan Work From Home (bekerja dari rumah) terkait kerja-kerja rutin bulanan meliputi pemukhtahiran data komponen Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan rekonsiliasi penyaluran melalui aplikasi e-PKH. Namun, yang namanya kerjaan lapangan yang melibatkan banyak stake holder, kami tetap saja tidak bisa full kerja dari rumah. Ada saja tugas yang menuntut untuk turun ke lapangan, seperti koordinasi dengan pihak Dinas Sosial, Kecamatan, Desa, Kelurahan dan Lainnya. Tentunya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Sekarang memasuki hari pertama Ramadhan dalam balutan pandemi. Hari pertama Ramadhan ini masih #DiRumahSaja menyelesaikan proses entry pemuktahiran, melaporkan kendala pencairan bantuan dan pengaduan KPM semua dilakukan by system, by online dan by phone. Semua tetap bisa berjalan, semua tetap dalam kendali, semua tetap harus produktif meski hanya dijalankan #DariRumahSaja. Selebihnya, waktu dimaksimalkan untuk ibadah, melatih kemampuan menulis dan mengupgrade ilmu lain yang diminati secara online.
Yang jelas meski #DiRumahSaja kita tetap harus berkomitmen untuk produktif dan bermakna. Sebab, setiap detik waktu yang dilewati kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt.
Syiar Ramadhan Itu Masih Sangat Terasa sekali. Pembatasan sosial disebabkan darurat Covid-19 di setiap daerah berbeda-beda. Daerah dengan status zona merah tentunya menerapkan pembatasan-pembatasan sosial yang jauh lebih ketat dibandingkan daerah-daerah dengan status kuning dan hijau. Seperti daerah Jabodetabek, Bandung, Padang dan Pekanbaru yang sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tentunya pergerakan warganya jauh lebih dibatasi secara ketat.
Sekarang memasuki hari pertama Ramadhan dalam balutan pandemi. Hari pertama Ramadhan ini masih #DiRumahSaja menyelesaikan proses entry pemuktahiran, melaporkan kendala pencairan bantuan dan pengaduan KPM semua dilakukan by system, by online dan by phone. Semua tetap bisa berjalan, semua tetap dalam kendali, semua tetap harus produktif meski hanya dijalankan #DariRumahSaja. Selebihnya, waktu dimaksimalkan untuk ibadah, melatih kemampuan menulis dan mengupgrade ilmu lain yang diminati secara online.
Yang jelas meski #DiRumahSaja kita tetap harus berkomitmen untuk produktif dan bermakna. Sebab, setiap detik waktu yang dilewati kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt.
Syiar Ramadhan Itu Masih Sangat Terasa sekali. Pembatasan sosial disebabkan darurat Covid-19 di setiap daerah berbeda-beda. Daerah dengan status zona merah tentunya menerapkan pembatasan-pembatasan sosial yang jauh lebih ketat dibandingkan daerah-daerah dengan status kuning dan hijau. Seperti daerah Jabodetabek, Bandung, Padang dan Pekanbaru yang sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tentunya pergerakan warganya jauh lebih dibatasi secara ketat.
Sumber: Pixabay.com
Bersyukur Saya tinggal di lingkungan yang tercatat berstatus zona hijau (aman). Berdasarkan data terakhir, tidak ada ditemukan kasus positif di Kabupaten ini (Indragiri Hulu) hingga hari ini, dan semoga demikian juga seterusnya. Tentunya kami di sini sangat bersyukur, namun tetap dihimbau untuk selalu waspada. Tetap menerapkan tindakan-tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 yang disarankan seperti:
- Menghindari kerumunan dan menerapkan Physical Distancing dengan disiplin.
- Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal selama lebih kurang 20 detik, terutama setelah menyentuh benda-benda di tempat umum.
- Selalu menggunakan masker
- Melaporkan setiap tamu atau anggota keluarganya yang baru datang dari luar daerah, terutama yang datang dari daerah zona merah ke aparat desa atau tim gugus tugas penanganan covid-19 setempat.
Meski berada di zona hijau, berbagai kegiatan yang melibatkan banyak orang juga dibatasi di sini tidak terkecuali kegiatan keagamaan. Namun, sejauh ini kegiatan ibadah berjamaah di masjid, terutama sholat wajib dan jumat masih berjalan sebagaimana biasa. Di bulan Ramadhan ini pun pelaksanaan sholat taraweh secara berjamaah di masjid dan musholla masih diizinkan. Sebagaimana dilansir dari laman halloriau.com (24/04/2020) hal itu didasarkan pada maklumat Bupati Indragiri Hulu nomor 76/Kesra/IV/2020 tentang pelaksanaan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri tahun 1441 H dalam suasana wabah Covid-19.
Dalam maklumat tersebut tercantum beberapa poin penting yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah dan syiar Ramadhan di masa pandemi ini, yaitu:
Pertama, pelaksanaan ibadah sholat fardhu, taraweh, dan witir tetap bisa dilakukan secara berjamaah di masjid dan mushola dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam penanganan Covid-19.
Kedua, pengurus masjid dan musholla dihimbau untuk memperhatikan kebersihan lingkungan masjid, menggulung sajadah, membersihkan tempat wudhu, termasuk menyiapkan alat kebersihan termasuk cairan disinfektan.
Ketiga, untuk mencegah penularan dan penyebaran virus corona masyarakat diminta untuk membawa perlengkapan ibadah dari rumah masing-masing termasuk sajadah.
Keempat, masyarakat yang berstatus ODP dan PDP dilarang keras ikut melaksanakan ibadah di masjid dan mushola. Hal ini bertujuan untuk mengontrol dan mencegah penyebaran virus corona di masyarakat.
Kelima, ummat islam dihimbau agar menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan secara baik dan benar sesuai tuntunan fikh ibadah dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Keenam, masyarakat dihimbau agar tidak melaksanakan sahur on the road, buka puasa bersama dan kegiatan berkumpul-kumpul lainnya. Demikian juga dengan kegiatan tilawah dan tadarus Al quran dilaksanakan di rumah masing-masing.
Kita boleh kehilangan indahnya momen tadarus bersama di masjid, tapi jangan pernah tinggalkan tilawah Al quran di rumah. Justru ini kesempatan untuk memperbanyak tilawah dalam sunyi.
Kita boleh kehilangan momen langka sahur on the road, tapi jangan pernah lewatkan keberkahan makan sahur walau di rumah saja. Justru ini saat yang tepat untuk memperbanyak istighfar dan munajat di waktu sahur.
Ya, Ramadhan berbalut pilu pandemi memang berbeda, tapi tetap berwarna. Ada warna baru yang ditawarkannya menggantikan corak warna sebelumnya yang terlalu gemerlap. Corak warna yang dihadirkannya kali ini memang tidak terlalu mencolok, tapi menyejukkan. Indah tanpa menghilangkan essensi ibadah Ramadhan itu sendiri.
Dalam maklumat tersebut tercantum beberapa poin penting yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah dan syiar Ramadhan di masa pandemi ini, yaitu:
Pertama, pelaksanaan ibadah sholat fardhu, taraweh, dan witir tetap bisa dilakukan secara berjamaah di masjid dan mushola dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam penanganan Covid-19.
Kedua, pengurus masjid dan musholla dihimbau untuk memperhatikan kebersihan lingkungan masjid, menggulung sajadah, membersihkan tempat wudhu, termasuk menyiapkan alat kebersihan termasuk cairan disinfektan.
Ketiga, untuk mencegah penularan dan penyebaran virus corona masyarakat diminta untuk membawa perlengkapan ibadah dari rumah masing-masing termasuk sajadah.
Keempat, masyarakat yang berstatus ODP dan PDP dilarang keras ikut melaksanakan ibadah di masjid dan mushola. Hal ini bertujuan untuk mengontrol dan mencegah penyebaran virus corona di masyarakat.
Kelima, ummat islam dihimbau agar menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan secara baik dan benar sesuai tuntunan fikh ibadah dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Keenam, masyarakat dihimbau agar tidak melaksanakan sahur on the road, buka puasa bersama dan kegiatan berkumpul-kumpul lainnya. Demikian juga dengan kegiatan tilawah dan tadarus Al quran dilaksanakan di rumah masing-masing.
Ramadhan dalam Balutan Pandemi dengan Warna Baru yang Lebih Syahdu
So, di sini syiar Ramadhan tetap terasa kok meski sedikit berbeda tapi bukan berarti tidak berwarna. Memang sih banyak tradisi dan kebiasaan yang harus hilang di Ramadhan kali ini. Tapi percayalah itu hanya kulit pembungkusnya saja. Essensi ibadah Ramadhan yang sesungguhnya tetap masih utuh dan bisa kita reguk sepuas-puasnya. Bahkan, sunyi sebab pandemi kali ini seharusnya membuat kita semakin khusyuk untuk mereguk kenikmatan ibadah Ramadhan yang terhidang di bulan ini.Baca Juga: Menggapai Kebahagiaan dengan Iman dan TaqwaKita boleh kehilangan keseruan bukber, tapi jangan pernah kehilangan kesempatan untuk memperbanyak doa di waktu-waktu menjelang berbuka. Justru ini kesempatan terbaik untuk semakin khusyuk bermunajat di waktu-waktu mustajab.
Kita boleh kehilangan indahnya momen tadarus bersama di masjid, tapi jangan pernah tinggalkan tilawah Al quran di rumah. Justru ini kesempatan untuk memperbanyak tilawah dalam sunyi.
Kita boleh kehilangan momen langka sahur on the road, tapi jangan pernah lewatkan keberkahan makan sahur walau di rumah saja. Justru ini saat yang tepat untuk memperbanyak istighfar dan munajat di waktu sahur.
Ya, Ramadhan berbalut pilu pandemi memang berbeda, tapi tetap berwarna. Ada warna baru yang ditawarkannya menggantikan corak warna sebelumnya yang terlalu gemerlap. Corak warna yang dihadirkannya kali ini memang tidak terlalu mencolok, tapi menyejukkan. Indah tanpa menghilangkan essensi ibadah Ramadhan itu sendiri.
26 Comments
semoga pandemi ini cepat berakhir dan semua kembali normal serta pulih seluruhnya :D
ReplyDeleteAamiin, mudah-mudahan mbak...
Deletesebisa mungkin , tetap bikin ramadha kali ini berwarna ya mba. Meski, yah, sudah jelas berbeda adanya :'
ReplyDeleteBener mba...
ReplyDeleteJadi terasa lbh syahdu ya kondisi Ramadan di tengah pandemi ini
Emang beda dr biasanya tp rasa syahdu nya lbh terasa gmna gitu
Alhamdulillah kalau di daerahnya masih zona hijau..semoga hijau terus dan menyusul daerah lainnya juga kembali hijau semua ya...Ramadan kali ini memang istimewa..tantangan juga sih untuk tetep istiqomah meski di rumah aja...
ReplyDeleteDi tempatku rumah pinggir mesjid biasanya ramai kalo pas Ramadhan, entah itu tarawih, tadarusan dari berbagai Rt.
ReplyDeleteTapi sekarang sepiii, kegiatan di mesjid ditiadakan. Semua kegiatan ibadah selama bulan puasa dilakukan di rumah aja.
Tapi tak mengurangi nilai ibadah, yang penting khusyu dan tetep dekat denganNya.
Berwarna itu indah, kek pelangi kaan.
Memang berasa banget sih ramadhan sekarang ini berbeda dengan ramadhan sebelumnya. Tapi kali ini banyak hikmah yang bisa diambil, berarti bisa lebih khusyuk lagi ibadahnya. Padahal kangen juga sholat tarawih ramai-ramai, buka puasa sama teman-teman. Yang penting tetap semangat dan berdoa agar pandeminya cepat berakhir.
ReplyDeleteSaya setuju. Bagi saya Ramadhan ya tetap harus dijalani sebagaimana Ramadhan. Yang berbeda hanya karena sekarang tengah pandemi. 😊
ReplyDeleteAwalnya saya merasa sedih karena tidak bisa merasakan Ramadhan seperti biasa. Tetapi, ternyata saya merasa lebih nyaman. Meskipun gak berharap juga terjadi pandemi lagi
ReplyDeletesetuju mbak, meski di rumah saja kita harus tetap produktif, setidaknya manfaatkan waktu sayang banget kalau cuma bermalas-malasan saja
ReplyDeleteBenar mbak, suasana Ramadan tahun ini lebih sepi tapi bisa kita manfaatkan untuk banyak doa dan introspeksi ya..
ReplyDeleteramadhan paling sedih yang pernah aku alami seumur hidup. gapapa, ini jadi kenangan yg berkesan karena pernah ngalamin ramadhan di masa pandemi :)
ReplyDeleteawalnya merasa sangat sedih karena Ramadan tahun ini berasa sangat beda dari biasanya, tapi setelah 2 minggu menjalaninya jadi berasa bersyukur banget karena baru sadar hikmahnya luarbiasa dari Allah
ReplyDeleteKondisi ini bagi aku seperti menuruti keinginanku yang ngumpul satu keluarga. Akhirnya terwujud kumpul lagi, tapi ya jangan karena pandemi seperti sekarang. Semoga kondisi segera pulih dan bisa shalat lagi di masjid seperti biasa, karena di dekat rumah hanya ada dua masjid yang masih menyelenggarkan shalat tarwih. Tapi masjid di lingkungan kami udah tutup sejak lama meski nggak ada yang positif covid
ReplyDeleteKu ga pernah ngalamin sahur on the road. Bukber sering dan itu pun di tempat. Belum pernah di jalan juga. Trus kalau ga ke mana-mana tarawihan di masjid deket rumah dan nyempetin datang pas malam Nuzulul Quran. Puasa sekarang emang bedaaaa banget. Semoga ga mengurangi semangat kita untuk memperbanyak ibadah ramadan taun ini
ReplyDeletesemoga tetap sehat dan semangat ya Mba meski terladang terpaksa kerja ke luar rumah, semoga corona segera berlalu
ReplyDeletedesaku desa red zone corona, mbak. tapi masih rame banget apalagi bulan ramadhan begi i kalo sore banyak yang ngabuburit
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mbak masih zona hijau jadi aktivitas ibadah masih lancar bisa dilakukan. Sedihnya di sini, baru saja terima surat edaran dari masjid di perumahan kami kalau solat Ied ditiadakan.
ReplyDeleteJustru disaat wabah begini, Ramadhan tuh jadi moment yg dinanti2. Saatnya mendekat dengan Allah dan berharap doa kabul ke wkt mustajab agar semua wabah hilang dan kesusahan berlalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah banget ya mba,.. Masih di Zona hijau, jadi suasananya masih terkontrol ya.. Masih bisa merasakan banyak hal selama puasa ini. Anak2 mengaji, riuh rendah persiapan tarawih Kami di Bekasi nyaris menjalani puasa seperti hari biasa... Ga ada yang spesial. oo mungkin sesekali ada anak-anak iseng main petasan, penanda ini bulan ramadhan, Semoga cepat berlalu...
ReplyDeleteRamadhan kali ini memang berbeda, Mbak. Biasanya kami sholat berjamaah di masjid, kali ini kami bersama-sama bisa berjamaah di rumah.
ReplyDeleteAlhamdulillah masih zona hijau ya Mbak, jadi masih bisa sholat tarawih dan sholat fardhu di masjid meski dengan protokol kesehatan. Sungguh saya sangat merindukan masjid. Biasanya jamaah di masjid sama anak-anak dan suami. Sudah 2 bulan lebih gak bisa ke masjid lagi
ReplyDeleteIya sedih ya, aku siih sedhnya karena nggak bisa berburu takjil lagi sekarang, Apalagi tempatku udah masuk zona merah, kemarin tetangga kampung sudah ada yang meninggal karena covid. Duhh sedih.
ReplyDeleteRamadhan kali ini malah hening ya dan saatnya kita beribadah lebih giat lagi tanpa sibuk dengan acara di luar sana dan kegiatan keluarga lebih erat lagi, alhamdulillah.
ReplyDeleteWah, zona hijau Mba? Langka sekali itu. Minimal sekarang zona kuning udah paling bagus ternyata masih ada yg zona hijau. Sehat2 terus y Mba. Moga selalu di hijau sampai pandemi di Indonesia berakhir
ReplyDeletesaya tinggal di zona merah, lebaran kali ini beda, tapi syahdu nya tetep kerasa, di pendemi ini walau di rumah aja, tetep banyak ladang yang bisa dijadikan ibadah ya mba, semoga pendemi segera berlalu
ReplyDeleteTinggalkan Komen Ya!