Ketika Harus Bertahan dalam Kepungan Kabut Asap
Kabut Asap Mengepung Pekan Baru (Sumber: kompas.com) |
Udara bersih adalah kemewahan bagi kami saat ini. Pagi hari yang seharusnya menawarkan udara bersih, sekarang menjadi hal yang langka. Bukan, bukan karena waktu pagi tidak lagi mampir di sini. Tapi karena kami sudah kehilangan udara pagi yang semestinya bersih, sejuk dan segar. Semua berganti dengan kepungan kabut asap yang menyelimuti atmosfer bumi.
‘Bau asap’, itulah yang menyapa hidung kami setiap waktu. Pemandangan alam yang seharusnya hijau segar karena dikelilingi perkebunan, semak dan hutan kini berganti dengan dengan lautan asap putih yang menyelimutinya. Jarak pandang pun semakin pendek terhalang kabut asap.
‘Bau asap’, itulah yang menyapa hidung kami setiap waktu. Pemandangan alam yang seharusnya hijau segar karena dikelilingi perkebunan, semak dan hutan kini berganti dengan dengan lautan asap putih yang menyelimutinya. Jarak pandang pun semakin pendek terhalang kabut asap.
Baca Juga: Taman Kota, Ruang Publik Yang Dirindukan
Tak salah jika kami mengatakan saat ini kami hidup di negeri atas awan. Sekedar untuk menghibur hati yang cemas dengan kualitas udara yang semakin hari semakin buruk. Mampukah kami bertahan? Wallahu’alam, semoga Tuhan memberi kami kekuatan dan segera menurunkan rahmat hujanNya ke negeri ini.
Dan kabut asap semakin pekat saja akhir-akhir ini. Sebagaimana dilansir dari laman detik.com (13/09/2019) jarak pandang yang sebelumnya bisa lebih dari 1 KM, hari ini dibeberapa tempat cuma tembus 300 meter saja. Tidak hanya itu, kabut asap pekat membuat kondisi langit tampak menguning karena partikel debu dari karhutla yang bertebaran di udara.
Sahabat, pada postingan ini saya tak akan menulis tentang apa penyebab, dampak, bahaya, tip bertahan dalam kepungan jerebu, dan hal sejenisnya. Informasi itu sudah terlalu banyak bertebaran di internet.
Di sini saya hanya ingin bercerita tentang apa yang kami ‘Jerebu Fighter’ rasakan saat ini. Bagaimana rasanya ‘dipaksa’ bertahan dalam kepungan asap yang semakin pekat dan entah kapan akan berakhir. Bukan, bukannya saya ingin mengeluh. Tak pantas bagi kami untuk mengeluh, setelah begitu banyak nikmat-Nya yang kami rasakan di negeri atas awan ini. Ini hanya secuil cubitan sayang dari-Nya atas keteledoran sebagian ‘oknum’ pelaku karhutla yang harus ikut kami tanggung. Mungkin karena kami juga lupa atau terlalu lemah untuk mengingatkan mereka yang telah sewenang-wenang atau teledor melakukan tindakan pembakaran hutan dan lahan.
Dan kabut asap semakin pekat saja akhir-akhir ini. Sebagaimana dilansir dari laman detik.com (13/09/2019) jarak pandang yang sebelumnya bisa lebih dari 1 KM, hari ini dibeberapa tempat cuma tembus 300 meter saja. Tidak hanya itu, kabut asap pekat membuat kondisi langit tampak menguning karena partikel debu dari karhutla yang bertebaran di udara.
Sahabat, pada postingan ini saya tak akan menulis tentang apa penyebab, dampak, bahaya, tip bertahan dalam kepungan jerebu, dan hal sejenisnya. Informasi itu sudah terlalu banyak bertebaran di internet.
Di sini saya hanya ingin bercerita tentang apa yang kami ‘Jerebu Fighter’ rasakan saat ini. Bagaimana rasanya ‘dipaksa’ bertahan dalam kepungan asap yang semakin pekat dan entah kapan akan berakhir. Bukan, bukannya saya ingin mengeluh. Tak pantas bagi kami untuk mengeluh, setelah begitu banyak nikmat-Nya yang kami rasakan di negeri atas awan ini. Ini hanya secuil cubitan sayang dari-Nya atas keteledoran sebagian ‘oknum’ pelaku karhutla yang harus ikut kami tanggung. Mungkin karena kami juga lupa atau terlalu lemah untuk mengingatkan mereka yang telah sewenang-wenang atau teledor melakukan tindakan pembakaran hutan dan lahan.
Baca Juga: Cara Mencegah Ular Masuk Ke Rumah
Entah tulisan ini akan sampai pada para ‘oknum’ itu. Tapi paling tidak, saya sudah mengabarkan pada dunia bahwa inilah yang kami rasakan dalam kepungan kabut asap saat ini. Jika Sahabat termasuk salah satu ‘oknum’ yang teledor itu, semoga terketuk hatinya untuk BERHENTI mengotori udara kami, BERHENTI membakar hutan dan lahan. Jika Sahabat saat ini berada di luar negeri atas awan, jangan pernah berkunjung ke sini jika tidak kuat bertahan dalam kepungan asap dan merasakan apa yang kami rasakan. Jika sahabat termasuk ‘Jerebu Fighter’ negeri atas awan juga, bersabar ya! Jika tak kuat dan punya dana lebih, segeralah mengungsi sejenak dari negeri atas awan ini. Bumi Allah ini luas, masih banyak tempat yang menawarkan udara bersih.
Nah Sahabat Pembaca, inilah yang kami rasakan saat ini!
Nah Sahabat Pembaca, inilah yang kami rasakan saat ini!
Sesak
Suasana Jam 10.00 WIB pagi Di Desa Perkebunan Sei Lala, INHU, RIAU (Sumber: Dokpri Penulis) |
Pernah satu ruangan dengan orang yang sedang merokok? Begitulah lebih kurang udara yang kami hirup saat ini. Dada sesak, mata perih, dan tidak terkecuali di pagi hari. Pagi hari yang seharusnya menghirup udara segar, yang kami hirup tetap saja asap.
Dada kami semakin sesak ketika mendengar kabar kebakaran hutan dan lahan terus terjadi setiap hari. Masih dikutib dari laman detik.com (13/09/2019) yang merujuk dari pantauan titik panas melalui satelit Terra/Aqua, Kamis (12/9), di Sumatera terdeteksi 1.316 hostpot. Sementara di Provinsi Riau sendiri terdeteksi 279 titik hotspot.
Sesak semakin bertambah ketika menyaksikan dampak kabut asap mulai bermunculan. Satu demi satu anggota keluarga mulai terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Suara batuk, bersin-bersin saling bersahutan menghiasi ruangan. Hal serupa juga ditemui di masyarakat. Meski beraktivitas di luar ruangan sudah dikurangi, menggunakan alat pelindunga lapangan berupa masker standar ataupun tidak standar tetap saja dampak jerebu sulit dihindari.
Semakin sesak membayangkan dampak jangka panjang yang tidak kelihatan saat ini pada generasi anak bangsa. Aktivitas belajar mengajar lumpuh, gangguan kesehatan mengancam tumbuh kembang si kecil. La haulawala quwatailla billah, kuatkanlah kami ya Robb.
Dada kami semakin sesak ketika mendengar kabar kebakaran hutan dan lahan terus terjadi setiap hari. Masih dikutib dari laman detik.com (13/09/2019) yang merujuk dari pantauan titik panas melalui satelit Terra/Aqua, Kamis (12/9), di Sumatera terdeteksi 1.316 hostpot. Sementara di Provinsi Riau sendiri terdeteksi 279 titik hotspot.
Sesak semakin bertambah ketika menyaksikan dampak kabut asap mulai bermunculan. Satu demi satu anggota keluarga mulai terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Suara batuk, bersin-bersin saling bersahutan menghiasi ruangan. Hal serupa juga ditemui di masyarakat. Meski beraktivitas di luar ruangan sudah dikurangi, menggunakan alat pelindunga lapangan berupa masker standar ataupun tidak standar tetap saja dampak jerebu sulit dihindari.
Semakin sesak membayangkan dampak jangka panjang yang tidak kelihatan saat ini pada generasi anak bangsa. Aktivitas belajar mengajar lumpuh, gangguan kesehatan mengancam tumbuh kembang si kecil. La haulawala quwatailla billah, kuatkanlah kami ya Robb.
Baca Juga: Menjejali Anak SD dengan Les Tambahn, Perlukah?
Perih
Mata dan hidung terasa perih, terlebih jika beraktivitas di luar ruangan. Kabut asap mengandung partikel debu yang halus, namun jika masuk ke mata dan saluran pernafasan akan terasa sangat mengganggu. Inilah yang menimbulkan rasa perih pada mata dan gejala ISPA pada saluran pernafasan.
Dan perih itu tidak hanya cukup di mata, akan tetapi sampai ke ulu hati. Bagaimana tidak? Pembakaran hutan dan lahan terkadang dilakukan dengan sengaja oleh ‘oknum’ tertentu untuk kepentingan pribadi dan golongan. Salah satunya untuk tujuan penghematan budget land clearing. Membakar adalah salah satu cara praktis dan murah dalam membuka lahan dalam jumlah yang luas.
Lalu kemana aparat? Saya percaya aparat sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menindak pelaku karhutla. Dan kebakaran yang sudah terlanjur meluas bukan hal yang mudah untuk diselesaikan dengan cepat.
Dan perih itu tidak hanya cukup di mata, akan tetapi sampai ke ulu hati. Bagaimana tidak? Pembakaran hutan dan lahan terkadang dilakukan dengan sengaja oleh ‘oknum’ tertentu untuk kepentingan pribadi dan golongan. Salah satunya untuk tujuan penghematan budget land clearing. Membakar adalah salah satu cara praktis dan murah dalam membuka lahan dalam jumlah yang luas.
Lalu kemana aparat? Saya percaya aparat sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menindak pelaku karhutla. Dan kebakaran yang sudah terlanjur meluas bukan hal yang mudah untuk diselesaikan dengan cepat.
Sedih
Suasana Jam 07.00 WIB di Desa Baturijal Barat, INHU, Riau (Sumber: Dokpri Penulis) |
Kami rasa tidak perlu menunggu jatuh korban lebih banyak lagi baru bergerak bukan? Bencana kabut asap bukan yang pertama terjadi di negeri ini. Belum jugakah ada regulasi yang baku untuk penanganan cepatnya? Ah, semoga hanya saya saja yang terlalu kudet dengan berbagai kebijakan pemerintah terkait bencana kabut asap ini.
Sedih karena tidak tau kapan kepungan asap ini akan berakhir, sementara diri tak punya kuasa apapun untuk mengatasinya. Sedih menyaksikan anak-anak harus tumbuh dalam kepungan asan yang terus berulang. Sedih lagi-lagi menjadi saksi aktivitas belajar mengajar disekolah kembali lumpuh untuk kedua kalinya di tahun ini. Awal tahun lumpuh karena bencana banjir, sekarang lumpuh karena bencana kabut asap.
Sedih melihat tanaman tumbuh merana. Tidak sedikit yang layu, kering bahkan mati karena kekurangan air dan terhambatnya proses fotosintesis. Tidak hanya manusia, semua makhluk hidup terkena dampak dari kabut asam ini.
Demikian lebih kurang yang kami rasakan dalam kepungan asap. Nah, dalam postingan ini mengajak Sahabat Blogger yang juga terdampak kabut asap untuk ikut membuat postingan seputar bencana kabut asap. Yuk kita viralkan bencana ini agar semakin banyak yang aware!
20 Comments
Sedih banget lihat teman-teman yang terkepung oleh asap, karena ini bahaya banget bagi kesehatan jugakan. Semoga pemerintah daerah cepat bergerak ya mbak.
ReplyDeleteLangkah nyata apa yaa, kak...yang bisa kami bantu?
ReplyDeleteSedih sekali melihat video yang beredar.
Sungguh asap yang mengepung dan jarak pandang terbatas ini sangat menghalangi aktivitas sehari-hari yaa, kak..
Semoga segera hilang asapnya...
Semoga asap cepat sirna... kebayang gak nyamannya kalo udah penuh asap begini
ReplyDeleteMba Neti.... kami ikut mendoakan dari jauh yaa
ReplyDeletesemoga ALLAH turunkan hujan lebat, solusi yg insyaAllah bisa membantu saudara2 di sana
Semoga bencana asap ini segera berakhir dan ada tindakan yang nyata agar tidak berulang dikemudian hari.
ReplyDeleteSedih banget bacanya, semoga asap ini segera berlalu, bukan hanya dengan hujan saja, tapi kesadaran bahwa pembakaran hutan mengganggu banyak orang, membahayakan keselamatan banyak orang, aamiin :(
DeleteYa Allah sedih sekali dengan keadaan teman2 korban kebakaran hutan, asepnya sampai begitu hiks. Semoga segera turun hujan aamiin
ReplyDeleteTeman temanku ya mengalami mba dan aku sedih banget pas tahu ini mba. Nggak kebayang ya Allah. Kuat kuat dan semoga ini bisa terselesaikan dengan baik dan cepat. Aamiin
ReplyDeleteSemoga segera turun hujan ya.
ReplyDeleteSemoga pemerintah daerah maupun pusat segera mengambil tindakan yang tepat untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan ini.
Kalau ribuan titik hotspot berarti kalau sengaja dibakar ada seribu orang lebih yang melakukan. Kalau dibakar ya Mbak. Tapi kalaupun terbakar sendiri apa separah itu alam di sana sampai panas matahari yang nggak seberapa ini bisa membakar segitu banyak.
ReplyDeleteI feel you mba. Semoga kabut asap ini segera berlalu ya mba, dan segera mendapatkan udara yang bersih dan layak lagi. Doa kami menyertai selalu..
ReplyDeleteSaya melihat kabar dan berita kabut asap melalui media TV, gak bisa membayangkan betapa sesak nafas dan ragam gangguan kesehatan lainnya.
ReplyDeleteMirisnya kabut asap ini hampir terjadi tiap tahun, kebakaran hutan terjadi tiap tahun? Semoga dan berharap agar musibah kebakaran hutan ini bisa mendapatkan solusi terbaik, agar tidak berkepanjangan.
mba ini benar - benar bencana nasional bahkan kawasan :(.. semoga bias segera teratasi dengan baik ya mba
ReplyDeleteSedih banget lihat teman-teman di Riau. Guru ku ada yang sedang pendidikan di Riau, katanya di sana sesak kalau lama-lama berada di luar. semoga segera turuh hujan agar asap nya bisa reda dan hilang.
ReplyDeleteYa Allah, semoga saudara-saudara yang terkena bencana kabut asap bisa segera keluar dari masalahnya. Semoga segera ada jalan keluar untuk mengatasi masalah yang sudah berulang di negeri kita.
ReplyDeleteKalau biasanya di pagi hari ada kabut bukan berbentuk asap, tapi ini asap yg memenuhi beberapa kawasan dan bikin sesak, semoga lekas tertangani dan asap jahatnya juga hilang ya mbak.
ReplyDeleteSubhanallah mba, aku ikut prihatin. Aku tahu banget bagai mana rasanya sesak itu, duh aku bener-bener speechless bingung mau komentar apa, cuma langsung deg, dadaku lagsung pengin nangis dan teriak setelah baca ini, semoga badai ini cepat berlalu ya mba
ReplyDeleteSemoga segera turun hujan ya, Kak. Gemas banget dengan perusahan yang sengaja membakar lahan hanya demi nggak mau keluar uang buat clearing lahan sebelum ditanam. Semoga kali ini yang terakhir bencana kabut asap
ReplyDeleteKebayang banget gak enaknya. Aku kena asap dari tetangga yang bakar sampah aja gak enak, apalagi ini asapnya macam kabut saja ya. Semoga lekas berakhir ya.
ReplyDeleteMembaca tulisan ini saja sudah menyesakkan apalagi yang mengalami setiap hari tanpa tau kapan berakhir dan akankah tahun-tahun berikutnya tidak terulang lagi. Kami di Jawa hanya bisa mendoakan semoga berhenti tangan-tangan zhalim pembakar hutan itu atau Allah yang akan menghentikannya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
ReplyDeleteTinggalkan Komen Ya!