#1Day1Ayat: Demi Pena (Qs. Al Qolam : 1)
lp=ËB} äip kf^eãp Ùl
Artinya: “Demi Pena dan apa
yang mereka tuliskan.” (QS. Al Qolam: 1)
Apakah tulisan saya
nantinya bermanfaat bagi yang membacanya? Pertanyaan itu sering kali menghantui
perasaan. Terutama ketika awal-awal terjun ke dunia menulis.
Saya terbiasa menulis
dari hal-hal sederhana. Pengalaman sederhana yang pernah saya alami dalam
hidup. Kisah orang lain yang pernah saya lihat dan saya dengar. Dari sana saya menggali hikmah dan
pelajaran menggunakan sudut pandang saya sendiri. Inilah yang kemudian saya
olah menjadi tulisan-tulisan inspirasi yang disisipkan dalam setiap buku-buku
yang saya tulis.
Terkadang muncul
pertanyan dalam diri, “adakah tulisan sederhana itu bermanfaat bagi pembaca?”
Kekhawatiran itu
semakin bertambah ketika melihat reaksi orang-orang yang kusodorkan buku-buku
karyaku di hadapan mereka. Beberapa kali harus menelan ludah melihat reaksi
mereka yang hanya membolak-balik lembaran buku tanpa menunjukkan minat untuk
membacanya. Beberapa kali juga saya harus berlapang dada ketika melihat mereka
membacanya dengan kening berkerut. Membuat saya kemudian bertanya-tanya,
“sebegitu jeleknya kah?”
Namun, kekhawatiran
itu seketika sirna ketika menerima beberapa inbox dari para pembaca yang sudah
membeli dan membaca buku-buku saya. Testimoni yang mereka berikan tanpa diminta
itu, sungguh kembali mampu menguatkan hati saya untuk terus menulis dan menulis.
Benar adanya, mendapat pengakuan bahwa apa yang kita tuliskan bermanfaat bagi
orang lain itu adalah kepuasan tersendiri dalam menulis sekaligus sumber
amunisi untuk membangkitkan kembali semangat menulis.
Yah, terkadang hal
sederhana bagi kita, justru itulah yang ditunggu-tunggu oleh orang lain.
Mungkin, mereka juga pernah mengalami hal yang sama dalam hidupnya. Namun,
terkadang ada hal-hal kecil yang lupa mereka baca dari pengalaman tersebut. Itulah
yang kemudian mereka temukan dalam tulisan-tulisan saya. Sehingga, mereka
seakan menemukan sesuatu yang hilang dalam tulisan-tulisan itu. Sesuatu yang
seharusnya mereka temukan dalam kehidupan mereka, namun karena berbagai hal
‘sesuatu’ tersebut tercecer dan hilang bersama kenangan.
Dari sana kemudian saya
kemudian mengerti bahwa, setiap tulisan punya segmen tersendiri. Mungkin tulisan-tulisan
saya sangat dibutuhkan oleh si A, namun tidak bagi si B. Mungkin
tulisan-tulisan saya menarik menurut selera si A, namun biasa-biasa saja
menurut si B.
Saya yakin, setiap
tulisan pasti punya takdir masing-masing. Karena, atas izin Allah juga tulisan
itu mampu saya tuliskan. Dan, saya yakin Allah juga pasti punya rencana untuk
tulisan tersebut.
Sekarang saya
mengerti, mengapa Allah bersumpah demi pena dan tulisan yang dihasilkannya pada
ayat di atas? Karena Allah ingin menunjukkan betapa pentingnya kedudukan pena
(pejuang pena) dan apa yang dihasilkannya (tulisannya).
Pejuang pena adalah
penggali ilmu dan inspirasi dari samudera kehidupan. Ilmu, inspirasi dan
motivasi yang diperoleh dalam penggalian tersebut adalah mutiara berharga yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya. Tidak semua orang yang
mampu mendapatkan mutiara langsung dari samudera kehidupan mereka. Karena itu
mereka butuh mutiara siap pakai yang sudah dipoles sedemikian rupa oleh pejuang
pena dalam bentuk tulisan.
Tulisan adalah sarana bagi
kita untuk berbagi. Berbagi ilmu, motivasi dan inspirasi. Jika disampaikan dengan
lisan, mungkin hanya sedikit dan sebentar kesempatan bagi orang lain untuk
menyerapnya. Namun, ketika kita berusaha untuk menulis maka cakupan dan
kesempatan orang lain untuk menyerap isi dari tulisan itu akan semakin besar.
Bagi saya pena adalah
senjata untuk mengikat dan menyebarkan ilmu. Kecintaan pada ilmu dan ingin
terus berbagi inspirasi melalui pena, itulah yang membuat saya berada di sini.
Tersesat dan berbahagia menjelajahi dunia literasi tanpa henti.
*cat: foto-foto menyusul krn keterbatasan kuota inet
0 Comments
Tinggalkan Komen Ya!