Potret Kuliner Rakyat, Inspirasi di balik kebersahajaan usaha kuliner rakyat*
Bakul Mbak Umi
Bicara tentang bisnis kuliner rakyat,
mengingatkanku pada pada sosok mbak ummi. Seorang wanita tengah baya yang
setiap pagi bertandang dari satu kos mahasiswa ke kos mahasiswa yang lain.
Menjajakan berbagai jenis panganan kecil dan menu sarapan pagi khas jogja
dengan harga merakyat.
Mulai dari nasi uduk, nasi kuning, nasi gudeg,
bakwan, arem-arem, tempe goreng, tempe mendoan dan berbagai kuliner rakyat
lainnya. Penganan tersebut dijual dengan harga yang amat sangat murah. Harga
berkisar antara Rp. 200 s/d Rp. 1.500 per porsi/buah (tahun 2003 s/d 2007).
Cukup membantu kantong para mahasiswa pada masa itu.
Dalam satu hari biasanya mbak ummi membawa satu
keranjang yang di dalamnya terdapat berbagai jenis penganan tersebut. Jika
ditaksir modal yang beliau keluarkan dalam satu hari tidak lebih dari Rp.
50.000,-
Biasanya aneka jenis sarapan seperti nasi kuning,
nasi uduk atau nasi gudeg beliau olah sendiri, sementara jajanan lain dibeli di
pasar kranggan yang teletak beberapa meter dari tunggu jogja.
Ke mana saja panganan tersebut dijajakan? Tidak
jauh-jauh. Beliau hanya menjajakan penganan tersebut dari kos ke kos. Jika
dihitung hanya sekitar 5 sampai 7 kos dan rumah kontrakan mahasiswa di sekitar
kos kami. Bisa dibayangkan berapa prosfek keuntungan yang dikejar oleh mbak
ummi dalam satu hari kan?
Keuntungan yang dikejar Mbak Umi dalam satu hari
tidak lebih dari Rp. 10.000,- itu pun jika dagangannya laku terjual semua. Jika
tidak? Bisa disimpulkan sendiri.
Kuliner rakyat oh kuliner
rakyat
Sosok Mbak Umi bagiku tidak jauh beda
dengan sosok ibuku ketika kami masih mendiami rumah kecil di samping Sekolah Dasar
tempat Bapak bekerja. Ibu,
dengan modal seadanya mengolah tepung atau singkong menjadi jajanan sederhana
yang bisa menghasilkan uang. Bakwan,
onde-onde, lepat bugis, keripik dan penganan kecil lainnya.
Berapa
modal awal yang dibutuhkan tidak pernah dipikirkan. Demikian juga dengan
keuntungan yang diperoleh. Harga penganan pun hanya ditentukan berdasarkan
insting dan naluri kemanusiaan. Jika ukurannya sebesar ini, lalu pantasnya
dihargai berapa ya?
Jangan
pernah berpikir beliau akan menghitung B/C ratio untuk menentukan harga jajanan
yang dijualnya. Bahkan memperkirakan nanti rugi atau untung dengan harga yang
ditetapkan pun tidak pernah.
Apakah
beliau tidak mengharapkan keuntungan? Tentu saja iya. Bagaimana pun tujuan awal
membuat aneka kuliner rakyat itu adalah untuk menambah penghasilan. Namun nalar
sederhana yang ada dipikiran Ibu lah yang menuntunnya untuk berbuat demikian.
Dan,
nalar demikian jugalah yang menuntun para penggiat kuliner rakyat lainnya dalam
menjalankan usaha kuliner kecil-kecilan. Nalar yang amat sangat sederhana dan
bersahaja itu juga yang membuat mereka ‘bertahan’ dalam artian tidak maju dan
tidak mundur dalam usaha kuliner rakyat.
Tidak
maju, karena keterbatasan kemampuan managerial dan finansial. Tidak mundur
karena tuntutan kebutuhan ‘dapur’ yang tidak bisa ditunda.
Ciri khas usaha kuliner rakyat
Mbak
ummi dan ibuku adalah potret usaha kecil kuliner rakyat. Sangat sederhana sekali
nalar bisnis mereka. Baik bagi Mbak Umi maupun ibu, berapa pun omset yang
diputar hari ini tidaklah penting. Berapa keuntungan yang diperoleh hari ini
juga tidak penting. Bagi mereka yang terpenting adalah usaha hari ini telah
dilakukan.
Di
negeri ini dengan mudah kita menemukan sosok-sosok seperti mereka. Cobalah
sejenak kita perhatikan disekeliling kita. Di sepanjang kaki lima, dipinggiran
jalan menjelang sore hari. Dengan mudah kita akan menemukan sosok mbak umi-mbak
umi yang lain dengan beragam kuliner rakyat yang mereka tawarkan.
Tampil
apa adanya dengan harga murah meriah adalah ciri khas kuliner rakyat. Namun bukan berarti cita rasanya juga
biasa-biasa saja. Kuliner rakyat selalu menawarkan cita rasa yang unik dan
khas. Sehingga, pada dasarnya kuliner rakyat jauh lebih potensial untuk
dikembangkan menjadi bisnis kuliner yang berdaya saing.
Kuliner rakyat go to bisnis culiner
Pertanyaan
selanjutnya adalah, mungkinkah usaha kuliner rakyat yang diwakili oleh bakul
mbak ummi dan ibuku tadi berkembang menjadi bisnis kuliner yang menjanjikan?
Kenapa tidak? Kuliner rakyat, seperti diungkapkan di atas memiliki demikian
banyak keunggulan. Ia hanya membutuhkan sedikit polesan dan kreatifitas bisnis
hingga mampu tumbuh menjadi sebuah ladang bisnis.
Belajar dari kelemahan usaha kuliner mbak ummi dan
ibuku, kita bisa mentranspormasi usaha kuliner rakyat yang tampak gurem menjadi
usaha bisnis kuliner yang prosfektif. Apa saja kelemahan-kelemahan dari usaha
kuliner rakyat mbak umi dkk:
1.
Lemahnya
modal
Hal pertama yang sebenarnya juga disadari oleh
para pelaku usaha kuliner rakyat adalah modal yang kecil. Bagaimana mungkin
mereka mengembangkan bisnis, sementara modal tidak pernah bergerak dari kisaran
modal awal. Bahkan modal sebesar itu masih harus dibagi dengan kebutuhan pokok
sehari-hari.
2.
Ketiadaan
quality control
Kelemahan berikutnya yang menghinggapi usaha
kuliner rakyat adalah quality control yang kurang. Kebersihan dan keamanan kuliner
yang dihasilkan sangat tidak terjamin. Apalagi standar mutu, masih sangat jauh.
Hal ini, sangat terkait dengan lemahnya modal dan tingkat pengetahuan produsen
yang masih sangat minim.
3.
Observasi
pasar
Kuliner rakyat adalah usaha kuliner yang tumbuh
karena faktor ekonomi dan kebutuhan. Mereka hadir, karena pelakunya butuh
penghasilan dari usaha yang mereka kembangkan. Sehingga observasi pasar tidak
pernah terpikirkan. Bagi mereka, setiap kepala yan ditemui adalah pangsa pasar
yang harus mereka prosfek.
4.
Managemen
Kuliner rakyat berkembang tanpa sentuhan managemen
bisnis sama sekali. Hal ini bisa dimaklumi karena memang dari awal usaha
kuliner rakyat tumbuh tanpa visi bisnis. Kuliner rakyat hanya berkembang
menurut nalar sederhana pelakunya, oleh karena itu untuk menumbuhkan usaha
kecil ini menjadi usaha bisnis diperlukan perubahan cara pandang awal dalam
membangun usaha. Semua pada akhirnya akan bermuara pada managemen, jika ingin
berkembang menjadi sebuah bisnis kuliner.
Empat kelemahan tadilah yang menjadi tembok
penghalang sehingga usaha kuliner yang dijalankan oleh mbak umi, ibuku dan
usaha kecil lainnya sehingga mereka sulit berkembang. Omset tidak bertambah dan
keuntungan sangat sulit diperoleh. Sehingga kalaupun usaha itu masih dijalankan,
dia tidak akan mengubah taraf hidup
pelakunya. Bahkan cenderung akan menurunkan taraf hidup mereka. Mengapa? Karena
kebutuhan setiap hari cendrung meningkat dan itu tidak dimbangi dengan
pendapatan yang diperoleh dari usaha kuliner kecil-kecilan tersebut.
Lalu, bagaimana caranya agar usaha kuliner ini
menguntungkan?
Setiap ide bisnis memiliki peluang untuk tumbuh
dan berkembang menjadi besar. Demikian juga halnya dengan ide bisnis yang ada
dan dilakoni oleh mbak umi –meski dalam pikiran sederhananya tidak tergambarkan
ide bisnis tersebut--.
Lalu apa kuncinya agar ide bisnis yang tersirat
dari usaha kuliner mbak umi bisa tumbuh menjadi bisnis kuliner yang prospektif?
Paling tidak ada tujuh kunci dasar yang bisa kita gunakan untuk mendongkrak ide
bisnis tersebut. Yaitu:
1.
Tambahan
modal
Mau tidak mau, tambahan modal harus ada agar ide
bisnis ini berkembang. Bukan hanya sekedar modal materi, namun yang paling
utama adalah modal immateri. Contohnya relasi, ide kreatif, kesehatan,
keluarga, sahabat, rekan seprofesi, semua adalah modal penting yang bisa kita
berdayakan untuk menumbuhkembangkan bisnis kuliner yang sedang dijalankan.
2.
Proses
produksi harus memperhatikan standar mutu
Menjaga standar mutu dalam proses produksi wajib
hukumnya dalam bisnis kuliner. Mutu produk adalah nyawa dalam menjalankan
bisnis ini. Tindakan minimal yang dapat dilakukan untuk menjaga standar mutu
ini adalah dengan menjaga kebersihan dan keamanan produk.
3.
Pengemasan,
simple tapi menarik
Produk dalam kemasan memiliki nilai jual yang
lebih tinggi dari pada produk yang tidak dikemas. Pengemasan produk selain
untuk menjaga kebersihan juga untuk menunjukkan identitas usaha yang sedang
dibangun kepada orang lain. Selain itu kemasan juga berfungsi sebagai sarana
promosi secara tidak langsung.
4.
Promosi
Seperti halnya bisnis lain, bisnis kuliner juga
memerlukan promosi-promosi yang gencar pada publik. Sudah saatnya kuliner
rakyat diperkenalkan di bazar-bazar, expo-expo yang saat ini hampir setiap saat
digelar diberbagai kesempatan. Sehingga mereka bisa berkembang dan menunjukkan
potensinya pada masyarakat golongan menengah ke atas yang semakin sulit untuk
akrab dengan kuliner rakyat.
5.
Strategi
pemasaran
Pemasaran adalah ujung tombak keberhasilan bisnis
apapun termasuk bisnis kuliner ini. Produk sebagus apapun menjadi tidak berarti
jika tidak diikuti oleh sentuhan pemasaran yang jitu.
6.
Pelayanan
prima
Salah satu kemuliaan bergelut di dunia bisnis
adalah karena dunia ini menuntut pelakunya untuk memuliakan orang lain
(konsumen). Memberikan pelayanan prima pada pelanggan dalah kunci sukses dalam
bisi kuliner.
7.
Fokus
Terakhir, apa pun yang ingin kita capai kunci
pemungkasnya adalah fokus...fokus...dan fokus. Ingin sukses di bisnis kuliner
maka fokuslah!
Kuliner rakyat go to bisnis kuliner, Kenapa tidak?
*Pernah diikutkan dalam lomba antologi Culiner Inspiratif (CI)
*Pernah diikutkan dalam lomba antologi Culiner Inspiratif (CI)
1 Comments
Sebenernya yang paling penting tuh ada waktu dan kesempatan . hehe, nice info .
ReplyDeleteTinggalkan Komen Ya!